Wahab bin Munbih mengatakan bahwa cincin Nabi Sulaiman `Alaihissalaam berasal dari langit yang memiliki empat sisi.
Diantara sisinya tertulis kata “Laa Ilaha Illallahu Wahdahu Laa Syariika Lahu Muhammadun Abduhu wa Rosuuluhu,
artinya : ‘Tidak ada tuhan selain Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya”
Pada sisi kedua tertulis,”Allahumma Maalikal Mulki Tu’til Mulka Man Tasya wa Tanzi’ul Mulka Man Tasya wa Tu’izzu Man Tasya wa Tuzillu Man Tasya,
artinya : ‘Wahai Allah Raja yang memiliki kerajaan, Engkau berikan
kekuasaan kepada yang Engkau kehendaki, Engkau cabut (kekuasaan) dari
orang yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki”
Pada sisi ketiga tertulis,”Kullu syai’in Haalikun Illalloh. Artinya : ‘Segala sesuatu akan musnah kecuali Allah.”
Dan pada sisi keempat tertulis,”Tabarokta
Ilahiy Laa Syariika Laka. artinya : ‘Maha suci Engkau wahai Tuhanku
yang tidak ada sekutu bagi-Mu.” Cincin tersebut memiliki cahaya yang
bersinar yang apabila dikenakan maka akan berkumpul para jin, manusia,
burung, angin, setan dan awan.
Dia juga mengisahkan bahwa
suatu hari Nabi Sulaiman hendak berwudhu maka ia menyerahkan cincinnya
itu kepadanya (budak perempuannya yang bernama Aminah).
Ketika itu ada jin yang bernama Sokhr yang mendahului Sulaiman masuk ke tempat wudhu dan bersembunyi dibalik pintu.
Tatkala Sulaiman memasuki tempat wudhu untuk menunaikan keperluannya
lalu setan itu keluar dari dalam tempat wudhu dengan menyerupai wajah
Sulaiman sambil mengibas-ngibas jenggotnya yang bekas wudhu dan tidak berbeda sama sekali dengan Sulaiman dan mengatakan –kepada Aminah,”Cincinku wahai Aminah.”
Aminah pun memberikan cincin tersebut kepadanya dan dia meyakini bahwa
ia adalah Sulaiman maka cincin itu pun berada di tangannya. Lantas dia
pun duduk di singgasana Sulaiman sehingga golongan burung, jin, setan
pun tunduk kepadanya.
Tak berapa lama Nabi Sulaiman as selesai berwudhu dan mengatakan kepada Aminah,”Cincinku.” Aminah pun bertanya,”Siapa anda?” Dia menjawab,”Aku Sulaiman bin Daud.”
Dan tampak terdapat perubahan pada penampilannya. Aminah berkata,”Engkau
bohong, sesungguhnya Sulaiman telah mengambil cincinnya dan saat ini
dia tengah duduk di singgasanan kerajaannya.” Maka tahulah Sulaiman
bahwa dia telah mendapati suatu kesalahan.”
(Mukhtashor Tarikh Dimasyq juz III hal 379)
Wahab bin Munbih juga menjelaskan bahwa pada saat Nabi Sulaiman ke
kamar kecil maka setan yang menyerupai Nabi Sulaiman mendatangi budak
perempuannya tanpa ada kecurigaan darinya. Setan itu lalu mengambil
cincin tersebut darinya, meletakkannya di jarinya dan langsung pergi ke
istana Nabi Sulaiman serta duduk diatas singgasananya. Berdatanganlah
para tentaranya dari golongan manusia, jin dan burung dan mereka semua
berdiri dihadapannya sebagaimana biasanya. Mereka menyangka bahwa ia
adalah Nabi Sulaiman.
Tatkala Sulaiman keluar dari kamar
kecil dan meminta cincin dari budak perempuannya itu lalu budak
perempuan itu melihat kearahnya dan tampak terdapat perubahan didalam
penampilannya. Budaknya pun bertanya,”Siapa kamu?” Dia menjawab,”Aku Sulaiman bin Daud.” Budak itu berkata kepadanya,”Sulaiman telah mengambil cincinnya, dia sudah pergi dan duduk diatas singgasananya.” Sulaiman pun menyadari bahwa setan telah memperdayai budak perempuannya dan mengambil cincin darinya.
Kemudian Nabi Sulaiman pun berlari ke padang tandus hingga pada suatu
ketika ia merasa sangat lapar dan dahaga. Dan terkadang ia meminta
kepada orang-orang agar memberikannya makanan sambil mengatakan,”Aku Sulaiman bin Daud.” Namun orang-orang tidak mempercayainya. Nabi Sulaiman berada dalam keadaan lapar dan tanpa tutup kepala ini selama 40 hari.
Sampailah Nabi Sulaiman di tepi pantai dan dia menyaksikan sekelompok
nelayan lalu ia pun menghampiri dan bekerja bersama mereka sebagai
seorang nelayan. Kemudian Asif bin Barkhoya berkata,”Wahai orang-orang
Bani Israil sesungguhnya cincin Sulaiman telah dicuri oleh sekelompok
setan dan sesungguhnya Sulaiman telah pergi dengan ketakuan diwajahnya.”
Tatkala setan yang duduk di singgasana itu mendengar perkataan tersebut
maka ia pun pergi menuju lautan dengan perasaan takut dan membuangnya.
Cincin yang dibuang itu lalu dimakan oleh ikan salmon yang kemudian ikan
itu dijaring oleh Nabi Sulaiman dengan izin Allah swt.
Dan
ketika Nabi Sulaiman menyembelih perut ikan tersebut maka ia mendapati
cincinnya berada didalamnya lalu dia pun memakainya di jarinya dan
bersujud syukur kepada Allah swt. Setelah itu dia kembali ke
singgasananya dan duduk diatasnya sebagaimana disebutkan didalam firman
Allah swt :
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ
Artinya : “dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami
jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah
karena sakit), kemudian ia bertaubat.” (QS. Shaad : 34) –
(Bada’i az Zuhur fii Waqo’i ad Duhur juz I hal 85)
kITAB Bada’i az Zuhur fii Waqo’i ad Duhur AdalahKITAB karangan Ibn
Iyas sejarawan asal Mesir dan merupakan salah satu murid Jalaluddin
as-Suyuthi. Nama lengkapnya ialah Abu al-Barakat Muhammad bin Ahmad bin
Iyas, lahir di Kairo pada tahun 852 H / 1448 M dan meninggal pada tahun
930 H / 1524 M.
Wallahu A’lam